Tugas Kelompok (ANALISIS FILM)


Analisis Film Berdasarkan Teori Belajar


“KINKY BOOTS”
             Charlie Price seorang anak yang tumbuh dalam bisnis sepatu keluarga, tapi dia tidak pernah berpikir bahwa ia akan mengambil tempat ayahnya. Namun, kematian mendadak ayahnya menempatkan dia di posisi itu, hanya untuk mengetahui bahwa “Price & Sons” merupakan sepatu gagal. Ketika ia berupaya untuk menyelamatkan bisnis yang gagal. Ia melakukan penipisan pekerja, dengan memberhentikan beberapa orang karyawannya. Seorang karyawannya, Laurent, ketika hendak di pecat, ia mengeluh tentang alas kaki yang tidak memadai. Ia mengusulan untuk mengubah produk dengan model yang lebih trendi. Charlie bertemu dengan seorang penyanyi, Lola. Dan ia mendapatkan ide untuk membuat sepatu boots yang trendi. Lola yakin untuk menjadi desainer sepatu mereka dan transisi dimulai.
         Banyak hambatan yang terjadi dalam perubahan perusahaan tersebut. Nichole, yang merupakan tunangan Charlie, menyuruhnya untuk menjual perusahaan tersebut. Namun, Charlie tetap mempertahankan perusahaan tersebut. Dengan bantuan Laurent, Lola, dan seluruh karyawannya, perusahaan tersebut kembali bangkit. Dan mereka mendapatkan tawarah launching sepatu mereka di Milan, Italia. Mereka semua berusaha keras agar sepatu tersebut layak untuk diikutsertakan dalam acara fashion show tersebut.

ANALISIS MENURUT TEORI

John B. Watson (Behavioristik)
Dalam film ‘Kinky Boots’, proses pengkondisian emosi terjadi. Ketika masih kecil, Charlie Price dan Ayahnya, Harold Price berjalan-jalan di taman dan duduk di kursi taman. Saat itu ayahnya menceritakan tentang sepatu dan perusahaannya. Charlie yang sambil memperhatikan sepatunya, dan mengetuk-ngetuk sepatunya merasa bahagia, karena ia menganggap sepatu buatan ayahnya merupakan segalanya. Ketika ayahnya meninggal, dan dia (Charlie) harus mempertahankan perusahaan ayahnya yang terancam tutup, dia jalan-jalan ke sebuah taman dan duduk di kursi taman tersebut. Ia merenung dan memperhatikan sepatunya, dan ia mengetuk-ngetuk sepatunya. Seketika ia kembali bersemangat untuk mempertahankan perusahaan ayahnya.
Berdasarkan scene diatas bila ditinjau berdasarkan Watson  yang mengembangkan teori emosi. Menurut Watson, ada 3 emosi yang lahir secara nalurian yaitu cinta, marah dan takut. Ia sepakat dengan Freud yang mengatakan bahwa emosi seseorang yang telah dewasa itu dimulai sejak ia masih bayi, dan emosi dapat di transfer dari satu objek ke objek yang lainnya. Adanya reaksi emosional yang dikondisikan dengan reaksi pariental dan dipasangkan dengan stimulus yang baru, akan memfasilitasi kondisi pendekatan atau menghindaran. Misalnya, ketika orangtua takut terhadap laba-laba, anak akan ikut takut juga dengan laba-laba. Dari sini dikatehui bahwa kecintaan ayah Charlie terhadap sepatu telah mendorong Charlie untuk mempertahankan toko sepatunya. Charlie merasakan ikatan emosi yang hampir sama dengan perasaan ayahnya ketika mengenang kembali memori tersebut.

Teori Gestalt
      Gestalt berpendapat bahwa tugas umum psikologi adalah memahami bagaimana individu mempersepsikan lingkungan geografisnya. Mereka mengidentifikasikan persepsi sebagai proses pengorganisasian stimulus yang diamati. Dalam cerita Kinky Boots, Lola yang beradu Panco dengan Don, lalu lola  mengalah karena ia melihat ke lingkungannya (Don) yang populer dan sudah menang beberapa kali dalam setiap pertandingan. Ia mengalah, karena menurutnya kemenangan akan pertandingan tersebut dapat menimbulkan kerugian bagi beberapa orang. Dan keinginan Lola sebenarnya adalah mengambil respect dari Don.

Teori Thorndike
             Terkadang tidak cukup hanya sebuah scene yang dapat menjelaskan suatu proses pembelajaran ada banyak scene yang dapat menjelaskannya. Dalam film ini kami merangkuma jalan cerita dari “kinky boots ” dan memandangnya berdasarkan hukum belajar Thorndike. Thorndike mengidentifikasi 3 hukum belajar, yakni:
      1.     Law of readiness : adanya kematangan fisiologis untuk proses belajar tertentu
      2.    Law of Exercise : adanya latihan yang berulang-ulang
      3.    Law of effects : adanya konsekuensi yang positif

        Charlie yang sudah dewasa secara fisik serta memiliki tunangan menandakan bahwa ia memiliki kematangan secara fisiologis untuk proses belajar sebagai seorang pemimpin perusahaan. Ketika perusahaan tersebut hampir bangkrut karena kurangnya menarik minat pasa mengenai sepatu yang mereka keluarkan. Membawa jalan dia untuk membuat inovasi baru yang selama ini dia tidak pernah tekuni yaitu membuat sepatu untuk waria. Dalam hal ini dia belajar berulang-ulang agar mendapatkan hasil yang memuaskan. Dia menerima kritikan dari lola yaitu waria yang menjadi inspiratornya.
           Hasil rancangan mereka akan di pamerkan pada perlombaah di Milan. Walaupun gagal memamerkan hasil rancangannya karena Charlie terjatuh dan akhirnya lola datang membantu. Dapat dikatakan dalam pameran tersebut pada akhirnya menmbuahkan hasi. Walaupun tidak diperlihatkan bagian Charlie yang sukses tetapi pada film ini ditunjukkan bahwa rancangannya diterima dan diminati oleh orang-orang. Hal ini menandakan bahwa hasil belajarnya mendapatkan konsekuensi positif mengenai debut sepatu buatannya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar: